Headlines News :

Lomba Kartun Berhadiah Ribuan Dolar

Written By Admin on Tuesday, June 30, 2009 | 5:15 PM

9th INTERNATIONAL MEDITERRANEAN CARTOON CONTEST

SUBJECT: FREE

RULES:

1- The Contest is organized by Alanya Tourism&Promotion Foundation and it is open to the cartoonists worldwide.

2- The works contributed to this contest may have been published before; however, they should not have received any prize in any type of contest.

3- The technique and quantity of works are free. However, all works must be original. Digital prints will be accepted as long as they have been originally signed by the artist. Photocopies will not be accepted.

4- If there is any script involved, it should either be in English or Turkish.

5- The size should not exceed 30x40 cm..

6- Participants should write their names, family names, country, address and telephone number (s) in capital letters on the back of their works and they should enclose a short biography either in English or Turkish.

7- The contributions should be received by the following address prior to October 1, 2009.

9th INTERNATIONAL

MEDITERRANEAN CARTOON CONTEST


Alanya Turizm Tanıtma Vakfı

Atatürk Caddesi Şen Apt. No: 51/6

07400 Alanya / Turkey

8- The results of the contest will be announced on October 03, 2009.

9- Works sent to the contest will not be sent back to the participants. All works submitted whether they are given a prize or not can be used or published in cultural activities. On the other hand the copyright in commercial usage is belonged to the artist. All of the participants are considered to have accepted these conditions.

10- Some of the cartoons may be exhibited in Alanya along with the prize-winning works for a week after the ceremony.

11- If the contributions are collected and published in an album by Alanya Tourism and Promotion Foundation, the participants will receive a copy.

12- The prize ceremony will be held in Alanya on October 24, 2009.

JURY:
Ercan Akyol (cartoonist), Cihan Demirci (cartoonist), Faik Melih Kaptanoglu (Tourism – Chairman of Alanya Tourism& Promotion Foundation), Mahmut Karatoprak (cartoonist-painterartist)

, Natasa Kostovska (cartoonist -Macedonia), Kamil Masaracı (cartoonist), Nuvit Ozkan (Tourism), Kamil Deniz Som (Journalist) , Ibrahim Tapa (cartoonist)

PRIZE:
1.st Prize: 2500 USD + Flyticket for one Person round trip + Holidays in Alanya for 2 Person(All Inclusive)

2.nd Prize: 1500 USD + Flyticket for one Person round trip + Holidays in Alanya for 2 Person(All Inclusive)

3.rd Prize: 1000 USD + Flyticket for one Person round trip + Holidays in Alanya for 2 Person(All Inclusive)

Written By Admin on Monday, June 29, 2009 | 9:13 PM

Bayang-bayang oleh Martono Loekito




Karikatur-karikatur Toni Malakian

Tiga Tulisan Gila Tandi Skober

Written By Admin on Wednesday, June 17, 2009 | 11:22 PM




LSI, SBY-BERBUDI DAN DARMINTO
Sebuah Investigasi Juranlistik ke Papua

Presiden Republik Humor Indonesia berkelamin lelaki bernama Darminto M.Sudarmo mendadak sidak ke Bu Letin. Ada apa? “Ini soal LSI,”ucap beliau,”Dari berbagai survey menempatkan Susilo Bambang Budiono menjadi nomor satu! Angka 70% angka fantastis! Tapi kenapa pada akhirnya tidak begitu? Ada apa dengan LSI?”
“Maaf, Tuan Presiden,”ujar Kardy Syaid,”Menganalisa hasrat hajat rakyat tidak bisa cuma melalui kuis, matrik dan bernara sumber telpon. Itulah sebabnya LSI…”
“Iya tapi kenapa Papua yang akhirnya menjadi pemenang?”potong Darminto,”Kenapa Jayapura? Kenapa Wamena? Kenapa tidak Persik Kediri? Kenapa tidak Persija Jakarta? Kenapa tidak Persib Bandung? Lah malah PSIS Semarang terpurukkkkkkk? Kenapaaaaaa?”
“Nuwun sewu, Tuan Presiden,”ucap Reni Teratai Air seraya menyodorkan sego kucing pasar Johar Semarang kesukaan Darminto,”Survey LSI itu emang menempatkan SBY Budiono di tempat yang terbaik. Pilpres cukup sekali putaran saja. Langsung jreng SBY jadi presiden. Lah, kalau hasilnya ternyata lain, ternyata Jayapura berjaya! Bahkan Wamena juga kalahkan Medan 5-0 singkirkan Persib….ini semata-mata soal ndilalah kersaning Gusti Allah.”
Darminto mengekrenyitkan dahinya. “Jadi benar bola itu bundar? Lain di atas kertas, lain pula di atas sajadah shalat.”ucap Darminto, lega.
Darminto kini melirik Foeza Hutabarat.
“Foezaaaaaaa,”tiba-tiba Darminto berteriak,”Adakan investigasi kultural antropoligialisme di Papua! Ada apa dengan jiwa manusia Papua.”
“Punten maaf, Tuan Presiden,”potong Kardy Syaid,” Kalau namanya masih Irian Barat, memang pantas yang invenstigasi Foeza Hutabarat. Sekarang namanya Papua….jadi gimana kalau Paitua Tandi Skober yang terbang ke Papua?”
Berikut laporan Tandi Skober langsung dari puncak Gunung Kebar, Manokwari Papua!

AIR MATA PAPUA
Fafisu saswar ku bena ro Pasir Putih, syambilab isyof fioro imnisra bom Umsini. Na byekakop beyuser ro wamo Manokwari, Ifar maimnis rusa bero abris Rendani.
(Kisah kasih kita di Pasir Putih,
teguh abadi seperti Gunung Umsini.
Akan terukir lintas angin Manokwari,
berlari bagai rusa di rumput datar Rendani.)

SUARA ini meski samar selalu hadir di telinga Karel Yewun. Lirih. Mengalir dan sendu. Dan ini amat dinanti Karel setiap kali bulan purnama melintasi lengkung langit pantai pasir putih Papua- Manokwari. Seperti malam ini, dan juga ratusan malam sebelumnya, Karel Yewun, lelaki berusia senja itu tetap duduk di hamparan pasir putih, menatap bulan purnama yang merangkak
di kaki langit malam, mencahayai pulau kecil Marsinam. Ia kumpulkan pasir, menatanya lantas berteriak: "Kitorang hilang! Laut telan saya punya maitua! Derisna kembalilah ke Tanah Papua."
Itu nama istrinya. Dan itu pula yang ia teriakkan ulang di istana pasir itu, terus-menerus. Di sini ada derita dan penantian panjang yang meletihkan. Meski begitu Karel percaya bahwa Derisna itu masih ada di suatu tempat, entah di mana. "Tuhan tentu tidak tidur," bisiknya seraya pelan-pelan menabuh tifa, "Suatu saat Derisna pasti dilepas dari persembunyian takdir."
Karel tengadah mencari Tangan Tuhan. Tapi, seperti ratusan malam sebelumnya, ia cuma melihat kesunyian bulan purnama. Dan didekapnya tifa, ditabuhnya amat teratur mengiringi nyanyian sunyi lelaki tua di tepi laut: "Fafisu saswarku bena ro Pasir Putih, syambilab isyof fiaro imnisra bon Umsini, Na byekakop beyuser ro wamo Manokwari, ifrar maimnis rusa bero abris Rendani."

***

ITULAH deret kalimat yang kutulis atas nama negeri sunyi Kasuari. Mungkin sebuah catatan kecil. Tapi selalu saja imajinasiku macet. Dan tak pernah bisa saya selesaikan, meski cuma dalam format cerita pendek. Soalnya, "Karel Yewun itu tidak sekadar cerpen," laporanku ke Darminto M.Sudarmo, "Ini sejenis nestapa manusia ketika jembatan kinasih ambruk dan trauma prahara tanah Papua masih melintas-lintas."
Benar, Karel Yewun tak sekadar cerpen! Adalah lelaki berusia senja yang dengan cara aneh memasuki garis nasibku dan menggiringku pada perumitan lakon kisah kasih yang tidak kumengerti.
Awalnya cuma saling pandang di dermaga pelabuhan Manokwari, Papua.
Sore itu sorot matanya tajam. Menatapku hangat. Ia memanggul pohon pisang dan berkali-kali menepuk bahuku. "Bapak apa lihat saya punya maitua-kah?"tanyanya, "Namanya Derisna. Kapal ini pasti membawa Derisna. Bapak bisa tolong saya bawa ke atas kapal. Nanti Bapak boleh ambil saya punya pisang."
Sesaat saya terhenyak. Hari pertama di bumi Papua menjadi amat spesial.
Saya mengangguk. Dan kubawa lelaki tua itu ke atas kapal. Tapi, nihil!
Perempuan itu tidak ia dapatkan. "Ah, Tuhan belum melepaskan maitua-ku,"ucap lelaki tua itu lesu. Dan dengan langkah lunglai ia tinggalkan saya begitu saja.
Tentu saja saya kecewa. "Ah, tak mesti kecewa, Skober," ucap Inyo Koirewa, temanku dari Cendrawasih Post, "Karel Yewun memang aneh. Setiap kali kapal berlabuh dipastikan ia ada di dermaga kapal. Ia yakin kapal itu membawa istrinya pulang."
Saya manggut-manggut. Tidak cuma di Papua, di hampir semua negeri kadang didapatkan orang-orang aneh. Tapi, Karel tidak cuma aneh juga cenderung absurd. Ini saya ketahui minggu siang, di sebuah bukit Jipang. Di sini saya lihat Karel duduk di akar pohon matoa. Matanya sunyi menatap dua tiang bendera yang dibuat dari bambu.
Saya terkejut. Soalnya bendera yang dikibarkannya itu adalah Bendea Bintang Kejora dan satu laginya bendera Republik Indonesia. Dua bendera itu meski lusuh dan kumal tapi masih memiliki pesona kultural.
Karel Yewun juga terkejut ketika bahunya saya tepuk. "Apa kabar Paitua?"sapaku.
Lelaki itu berdiri. Tubuhnya gemetar. Mulutnya terkatup rapat. Menggigil ketakutan. Ia segera mundur, membuat jarak denganku. Saya saksikan matanya menyiratkan rasa takut yang luar biasa. Ia cepat-cepat mencabut dua tiang bendera itu sekaligus. Usai itu. Karel memeluk kakiku, erat-erat.
Meratap, "Ampun, Bapak. Derisna itu maituaku. Ini cuma bendera kami punya cinta. Betul, Bapak. Saya adalah Irian, ikut Republik Indonesia, anti Nederland. Biarkan kami hidup. Ampun, Bapak. Ini bendera Bintang Kejora tapi juga Merah Putih, Bapak."
Bah! Apa sebenarnya yang terjadi? Ini membuatku terbingung-bingung.
Saya duduk berhadap-hadapan. Saya pandang amat dalam matanya itu.
Ia menunduk, memegang erat dua bendera itu. Saya sadar, dalam diri lelaki ini ada trauma masa lalu. Trauma dan rasa takut yang tidak bisa ia taklukkan.
"Tolonglah, Bapak," ucapnya lagi, "Derisna itu hidup saya. Bapak boleh ambil saya punya pisang, tapi beri kami hidup, Bapak."
Saya menghela napas dalam-dalam. Ada duka yang sulit saya tulis dengan tinta berdarah sekalipun. Terlebih lagi ketika lelaki tua itu menciumi selendang mega mendung. Ia menangis. Meratap. Menyebut nama Derisna terpatah-patah.
Saya pegang kedua tangannya, "Pandang mata saya, Paitua," ucapku, "Nama saya Tandi Skober. Saya dari Jurnalisme Gerr, Bapak... Paitua tidak usah takut."
"Bapak itu pendatang? Jawa-kah?"
Saya mengangguk. Tapi, Karel mundur beberapa meter. Saya makin tak mengerti. Saya coba merogoh kantong celanaku, berniat mengambil rokok. Anehnya, ia terbelalak. Ia melihat kantong celanaku. Dan ketika mancis korek api bentuk pistol-pistolan itu saya keluarkan, lelaki itu langsung
lari,seraya berteriak, "Ampun Bapakkkkkkk!"
Lari, lari, dan terus lari!
Ini aneh!
"Itu tak aneh," ucap Robert Kawer suatu sore seraya memandang pantai pasir putih Manokwari. "Sudah dua puluh sembilan tahun Karel ditelikung trauma masa lalunya."
"Sudah tiga puluh sembilan tahun?"
"Betul, Bapak. Tepatnya sejak 1969."
Saya sedot kretek dalam-dalam. Kulayangkan pandang merayapi pantai indah ini. Dan astaga, di ujung selatan Pantai Marsinam saya lihat Karel Yewun.
"Itu Karel, kan?"
"Betul. Di kota ini cuma ada satu lelaki tua yang selalu membawa tiang bendera, ke mana pun pergi. Istrinya itu anak tentara Jawa."
Saya mengangguk. Dan pelan-pelan saya melangkah mendekati Karel. Di sini, ternyata ia sedang membuat rumah-rumahan dari tumpukan pasir. Dua tiang bendera ia jadikan pilar pembatas `istana pasir` itu. Ia tampak ceria. Saya dekati tapi ia tak peduli. Bahkan kini dituturkan menolog sunyi. "Kisah kasih kita, Derisna adalah pasir putih tanah Papua. Laut akan menjadi pengikat cinta, dan ombak menjadi tikar harapan masa depan kita."
Sesaat ia tersenyum. Ia sepertinya sedang membelai anak-anak rambut Derisna. "Ah, tidak," ucapnya lagi, "Mustahil Abang tinggalkan tanah ini. Negeriku adalah pasir putih. Indah setiap kali disentuh cahaya matahari. Kukuh bagai deret Pegunungan Arfak. Dan? Ah, kamu salah, Derisna.
Ini istana pasirku. Kamu lihat kan?"
Karel tertawa. Ia kumpulkan pasir sebanyak-banyaknya. Dan dengan amat cekatan tumpukan pasir itu dibentuk sedemikian rupa laksana istana mewah.
"Lihat istana ini, Derisna. Kita akan membangun rumah mewah di tepi laut. Hingga setiap bangun pagi kita akan melihat batas langit, mendengar suara ombak dan merasakan sentuhan angin pantai dari Pulau Marsinam. Lihat, Derisna."
Kini lelaki itu merenggangkan tangan lebar-lebar. "Lihat ini Papua, Derisna. Luar biasa, indah. Tuhan menciptakan Papua dari permadani hijau Nirwana. Maka kabarkan pada orang tua kamu bahwa kamu dipersunting lelaki surga bernama Karel MP Yewun!"
Saya hela napasku, dalam-dalam. Ekspresi wajah Karel amat impresif. Tapi itu cuma sesaat. Pada saat lainnya, lelaki itu mendadak tengadah. Pesawat Merpati dari Bandara Rendani melintas meninggalkan suara gemuruh yang deras. Karel Yewun cemas. Dan, menutup telinganya rapat-rapat. "Pesawat iblis!" Karel berteriak. Ia cabut tiang bendera dan berlari amat kencang.
Saya geleng-geleng kepala. Masih sempat saya dengar teriakan Karel, "Lari, Derisna! Lari! Ayo lari! Itu pesawat setan! Itu pesaweat tentara Jawa yang bom bom bom! Biarkan istana pasir itu hancur. Kita harus lari! Kita tidak boleh mati. Lariiiii!"
Ketika saya ikuti, ternyata Karel bersembunyi di sebuah terowongan peninggalan tentara Jepang. Ia ketakutan. Dan ia memeluk sesuatu yang tak jelas. "Abang akan memelukmu, Derisna. Sampai kita tidak lagi mendengar suara maut itu. Iya, sayang. Abang akan tetap memelukmu. Duduk kamu agak ke kiri, Derisna. Nah, di sini. Aman."
Hingga malam hari saya tidak bisa melupakan trauma psikomotik Karel itu.
Ada apa dalam diri Karel?
"Sudahlah, kamu lupakan kisah kasih pasir putih itu, Tandi," ucap Dikcy Gedy, "Kamu laporkan saja soal lainnya ke boss kamu di Jurnalisme Gerr itu.”
Ternyata sulit untuk dilupakan.
Sinar mata sunyi lelaki tua itu, ketakutan-ketakutan itu, dan menolog cinta itu mustahil saya lupakan. Saya ingin mempertemukan Derisna dengan Karel Yewun. Ini pun bila Derisna masih hidup. Caranya?
Saya kirim draft investigasi ke Foeza Hutabarat dalam bentuk cerpen bertajukl "Deritamu, Derisna" Dua hari kemudian, telepon HP berdering. Saya angkat kop telepon.
"Ini08170215628, Manokwari, rumah Bapak Tandi Skober?"
"Ya, saya sendiri," jawabku.
"Nama saya Frederich," ucapnya bersemangat, "Kapten Infanteri Frederich MF Yewun. Saya baca investigasi Bapak di Buletin Gerr. Saya yakin Karel Yewun itu ayah saya. Ibu saya bernama Derisna."
Bah! Luar bisa. Ini angin surga. "Ibu Derisna masih hidup kan?" tanyaku.
"Ibu sehat, Pak. Dan tetap menanti ayah." Suara itu agak tersendat. "Saya akan menjemput ayah."

***

KAREL Yewun menatap lurus kapal Rinjani yang bersandar di pelabuhan Manokwari. Sorot matanya tajam. Dan dari ketinggian bukit Jipang, lelaki tua bertelanjang dada itu tiarap. Lantas merayap di antara deret pohon Arokakia di atas tanah becek menuju bibir bukit. Setiap kali melewati akar-akar pohon raksasa itu, ia mendongakkan kepala menatap laut, kapal, dan deret Pegunungan Arfak. Persis di bibir bukit, Karel memeluk akar pohon besar matoa. Di ujung atas pohon itu ada anggrek
hutan eucaolitus. Ia ingin raih anggrek itu. Tapi mustahil. Sesaat Karel menghela napas. Tapi pada saat lain ia kembali menatap laut, kapal, dan deret Pegunungan Arfak.
Hingga ketika sirene stoom kapal memuncratkan suara khas, menyentak memasuki gendang telinganya, Karel pun berdiri dan berteriak: "Saya punya anak pulang!"
Teriakan lelaki tua, hitam keriting itu diucapkan berkali-kali. Ia lebarkan tangan seraya berteriak, "Ooooi.Fioro kwar kamam iwape. Romawa ayeja ibur ma dun ori" (Sudah lama ayah menanti. Kini anakku pulang membawa matahari). Dan Karel lari makin kencang bagai kijang. Menuruni bukit,
menerobos hutan, menuruni bukit, memasuki Kota Manokwari. Di setiap langkahnya itu ia nyanyikan lagu "Madun Ori".
Di dermaga pelabuhan, saya jabat erat Karel Yewun. Ia menatapku.
Dahinya berkerut.
"Bapak Tandi Skober? “
“Hmm…yah. Tadinya mau meliput sepak bola..”
“Bapak orang baik. Tuhan memberkati Bapak. Apakah Bapak mau jemput Bapak punya istri?"
Saya tersenyum. Ia juga tersenyum. "Bapak bisa bawa saya naik ke kapal lagi kan?" pintanya, "Kapal ini pasti membawa saya punya maitua dan anak."
Saya mengangguk. Soalnya di belakang Karel ada wanita setengah baya, berkebaya batik motif mega mendung yang dipadu dengan selendang motif tifa Papua. Wanita itu adalah Derisna. Saya pegang bahu Karel.
"Coba Bapak lihat siapa di belakang Bapak," ucapku.
Karel Yewun membalikkan tubuhnya. Ia terpana. Derisna menunduk, menangis. Detik waktu berdetak. Dan? Ah, saya saksikan kisah kasih teramat manis untuk disimak. Kedua manusia yang terpisah 29 tahun itu berpelukan, berbisikan dan saling melepaskan rindu.
Sementara Kapten Infanteri Frederich MF Yewun yang berseragam tentara lengkap dengan
senjata laras panjangnya, juga menunduk. Ia saksikan temu kasih kedua orang tuanya.
Frederich melangkah mendekati ayahnya.
Karel Yewun menatap Frederich seraya masih memegangi wajah istrinya.
Frederich menghela napas panjang. Ia ingin memeluk erat ayahnya itu. Itulah sebabnya ia menempatkan senjata laras panjangnya di belakang punggung. Melihat senjata itu, Karel ketakutan. Tubuhnya gemetar. Keringat mengucur deras. Lantas, terduduk ambruk, memeluk kaki Frederich seraya meratap, "Ampun Bapak tentara. Ampun Bapak Tentara Jawa. Kami mau masih hidup, Bapak. Ampun. Bapak jangan tembak kami! Bapak boleh ambil pisang kami. Bapak boleh ambil kami punya banyak sagu. Tapi jangan tembak kami! Bapak lihat saya punya istri juga orang Jawa. Bapak…ampun…bapak. "
Air mata lelaki tua itu mengalir membasahi sepatu lars Frederich. Mengalir, menetes di tanah Papua.
Usai itu sunyi. Tak ada ratapan Karel Yewun. Lelaki tua di tepi laut itu dijemput pemilik kehidupan. Mati.
Senyap.
Saya kesal. "Seharusnya Frederich tidak berseragam tentara saat menjemput ayahnya itu," ucapku lirih.

Bandung, 11 June 2009 09:24:41



ISTRI LEBIH DARI SATU, WAY NOT?

Dua wanita di FB ini, dua hari ini, Nana dan Sanny Andari, luncurkan opini poligami. (Hmmm, sajak berakhiran huruf /i/ he he he puitis banget aku ini) Bagi manusia berkelamin lelaki, seperti redpel Kardy, reporter Tandi dan esais AS Atmadi, membuat ingin berlari, mengejar obsesi, yang kerap hadir dalam mimpi, untuk punya istri lebih dari sati. “Tandi, “ucap lirih Pemimpin Redaksi Foeza Hutabarat,”Kamu harus bisa bikin investigasi soal poligami. Sebelumnya kamu baca dulu opini Nana Zain dan Sanny. Ngerti?”
Aku mengangguk. Seperti makan obat, opini dua wanita itu aku baca sehari tiga kali. Hasilnya? Luar biasa! Tiba-tiba saya ingin punya istri lagi. Berikut hasil investigasi dalam bentuk wawancara saya dengan diri saya.

Tandi : Ok, Skober… ini pikiran yang diparkir di tempat yang salah.
Skober: Loh! Apa salah? Allah SWT merekomendasikan untuk beristri 2,3 dan 4 dalam Surah An Nisa ayat 3? “Dan jika kamu takut tidak akan dapat berlaku adil terhadap perempuan (yatim) maka nikahilah yang kamu senangi dari wanita-wanita (lain): dua, tiga atau empat. Lalu jika kamu takut tidak akan dapat berlaku adil, maka seorang saja, atau hamba sahaya wanita yang kamu miliki. Yang demikian itu adalah lebih dekat kepada tidak berbuat aniyaya.”
Tandi: Ayat itu amat jelas informasikan ” nikailah apa yang kamu senangi.” Bukan “nikailah siapa yang kamu senangi.” Apa artinya? Beda betul antara kata ‘apa’ dan ‘siapa’! Apa lebih dimaknai sebagai sesuatu yang melekat pada eksitensi seseorang. Bisa bermakna kata sifat, propesi, status dll dll. Orang bertanya ‘Apa kerjaan SBY?’ maka iklan menjawab “Bekerja untuk Rakyat” Lantas kalau dibalik “Siapa yang bekerja untuk rakyat” Maka dijawab “ Mantri suntik bernama Nina Zuliani yang tak pernah lelah melayani rakyat berobat ke puskesmas.”
Skober: Tapi tetep kan bisa beristri 2,3,4 ?
Tandi: Tidak dianjurkan untuk itu! Itu sudah jelas! Kata tuqsithu dan ta’dilu bermakna adil. Apa itu adil? Sebuah abstraksi gelap dalam sebuah kamar tanpa cahaya yang tidak bisa terdifinasikan. Dan ingat! Infomasi 2,3,4 itu dikaitkan dengan tuntutan keadilan terhadap anak yatim.
Skober:Artinya aku bisa nikahi para ibu dari sekian anak yatim? Seperti kata penyanyi Faiz Alatas “Banyak janda kuik-kuik dunia belum kiamat”
Tandi : Jangan buat joke! Ini seriu!
Skober: Maksud aku begini. Pria tidak pernah mengalami manopause. Syahwat pria jauh lebih panjang tak berbaras usia. Fakta menunjukan wanita seperti pohon karet yang pada usia tertentu tidak lagi keluarkan getah kenikmatan. Fakta mengatakan usia wanita lebih panjang dari lelaki. Fakta bicara bahwa manusia kawin antara lain dibutuhkan agar terjadinya temu kelamin….
Tandi: Itulah sebabnya Islam tidak melarang juga mengharuskan poligami! Dalam bahasa sederhana begini wahai Skober. Kamu berpenyakit kolestrol. Di atas meja makan ada 4 wanita bernama rendang daging, opor kambing, empal gentong, sambel goreng ati. Maka aku berkata “Kalau kamu takut tidak sakit kolestrol, maka ayo makan rendang, opor kambing, empal gentong, sambel goreng ati…..” Nah loh? Apa artinya? Ini gaya bahasa memerintah untuk tidak dilaksanakan.
Skober: Jadi? Aku makan apa?
Tandi: Makan yang biasa kamu makan. Kamu biasanya makan apa?
Skober: Istriku selalu masak daun ubi tumbuk. Emang sih ada ikan. Tapi ikan itu cukup dicelupkan sekitar tiga menit. Terus diangkat lagi. Disimpan lagi. Untuk dicelupkan lagi ke esokan harinya. Terus menerus begitu menu makananku.
Tandi:Yah sudah! Itu takdir kamu. Coba kalau kamu dulu jadi kawin dengan wanita padang pasti kamu disuguhi tiap hari ikan kepala kakap. Atau kamu kawin dengan perempuan Manado menu tiap harinya bubur, bubur dan terus bubur. Atau kamu kawin dengan cewek sensual Madura, kamu pasti dimasakin tongkat madura dan jamu sari rapet.

Skober diam. Ia pandangi istrinya bernama Nuriah Daulay. Lama dan amat lama. Ada alur cahaya subuh menerobos masuk dari kisi-kisi jendela menyentuh kacamata istrinya. Ia dengar suara risau istrinya membacakan Surah An Nisa ayat 129 “ Dan kamu sekali-kali tidak akan dapat belaku adil di antara istri-istri(mu), walaupun kamu sangat ingin berbuat demikian…….”
Skober membuka kacamata istrinya.
“Masih tetep keukeh ingin beristri lagi?” sapa istriku.
Skober mencium lembut kain mukenah yang dipakek istrinya. “Angan-angan manusia cenderung liar melebihi batas usianya, Nur,”ucap Skober lirih.
“Artinya kamu meyakini anagn-angan itu sebuah pembenaran untuk kawin lagi?”
Skober menggelengkan kepalanya.”Nur, ada tidak informasi dari Al Quraan yang khabarkan di surga kelak, tiap pria akan mendapatkan bidadari prawan suci lebih dari satu dan tetap prawan meski dipakek jutaan kali?”
“Insya Allah ada.”balas pendek Nuriah,
“Dan kamu?”tanya Skober.
“Insya Allah, aku ,istrimu ini, salah satu dari bidadari itu.”
Skober memeluk istrinya erat dan amat erat! Ia elusi alis mata istrinya……..

Bandung,10 June 20090 9:27:16




GAJI KE 13 PNS/ABRI: SIAPA YANG UNTUNG SBY. MEGA ATAWA JK?

Dari Redaksi
Indonesia, hari ini, masih diharu-biru berita-berita seputar Manoarah, Heli Gug Gug Jatuh, Kunjungan Anggota DPR RI ke Malaysia, Ambalat, juga persiapan peresmian jembatan Sarimadu. Berikut berita pilihan redaksi. Monggo pinarak………

Wassalam
Pemimpin Redaksi
ttd/cap jempol
FOEZA HUTABARAT

Monas Jakarta (09/06), Meski PNS kerap diakronimkan sebagai Pegawai Negeri Soliter disebabkan lebih suka main game soliter dibandingkan kerja main-main, toh pemerintah tutup mata dan keukeuh merencanakan memberikan gajih ke 13. Tapi hingga berita ini diturunkan, gajih ke 13 itu tak jua kunjung datang. Kenapa? “Loh, sekarang kan masih bulan ke-6,”komentar Menteri Duwit Sri Mulyasari kepada Kardy Syaid di dalam bus antarkota Mulya Bakti,”Namanya saja gajih ke 13 yah nanti setelah bulan ke-12.” Tidak dijelaskan oleh Sri apa memang ada bulan ke 13 setelah bulan Desember. Tapi dapat dipastikan kalender 2009 di beberapa negara masih menganut paham satu tahun itu 12 bulan.
Dari sumber lan, yang layak tidak dipercaya konon tak jua turunnya gajih ke 13 ini disebabkan LSI belum melaporkan hasil survey “Kandidat mana yang diuntungkan apabila Gajih ke 13 diluncurkan 15 hari sebelum Pilpres.”
Tim Sukses JK kepada Bu Letin berujar,”JK Win akan diuntungkan! Kau tengok Iklan, Kardy,”ujar Surya,” Orang tahu dan ngerti betul bahwa sukses swasembada beras berkat JK kan? Demikian juga gajih ke 13. Siapa yang mati-matian mempertahankan agar PNS/ABRI/Pensiunan dapat gaji ke-13? Yah JK! JK kan singkatn dari Janjikan Kesejahteraan.”
Sementara di tempat lain, Tim sukses SBY lebih andap asor, “Begini, Tandi,”ucap Andi Malahriang,” Pak SBY itu tahu betul gajih aparatur negara masih jauh panggang dari api. Maka bagaimana caranya agar panggang dan api itu dekat? Yah diberi gaji ke 13. Ini insisiatip asli SBY! Kamu kan tahu apa itu singkatran SBY? Sejahtera Bahagia hingga ke Yanakcucu!”
Gaji ke 13 juga ditunggu tim sukses Mega Pro. “Ohhhhh, bukan SBY atau JK, DPR lah yang menentukan adanya gaji ke 13 itu! “ucap Effendi Naibaho kepada Reni Teratai Air,”Sama seperti BLT. Lihat saja nanti! Pas gajih ke 13 turun, akan kami bentuk tim peneliti kantong PNS/Pensiunan/ABRI. Apa gajih ke 13 itu utuh diterima atau potong sanah-sinih.”
Lantas siapa yang diuntungkan bila gajih ke 13 turun pra pilpres? “Yah Prabowo! “ungkapTyas RSPD kepada Bu Letin,”Kenapa? Anak begawan ekonomi bernama Prabowo itu tahu betul bahwa tingkat penghasiln PNS yang dijewantahkan dalam gajih ke 13 akan berbadning lurus dengan tingkat kenaikan pulsa prabayar….”

Kolom-kolom Iseng Tandi Skober

Written By Admin on Monday, June 8, 2009 | 4:00 PM

MENEBAK ARAH LANGKAH MANOARAH
Wawancanda dengan Saut Poltak Tambunan

Huru hara berita Manoarah masuk kantong Pemred Foeza Hutabarat. “Kamu wawancarai dengan cara apa saja tentang berita apa saja yang bicara Manohara!” Aku nunut. Tapi ini hal mustahil! Jauh panggang dari api, Manoarah bisa kuwawancarai. “Coba kamu cari akhli Manoarah,” saran Redpel Kardy Sayid,”Cari di facebook!” Facebook? Buku berwajah banyak orang? Aku nunut. Benar, ada banyak wajah di FB. Dari sekian banyak wajah itu aku tertarik dengan potret unik SAUT POLTAK TAMBUNAN. Berikut wawancanda tersebut usai disensor redpel Kardy Syaid.

Tandi: Elok tak elok, apa pula yang terpikir di benak awak nih soal akar masalah Manoarah?
Poltak: Buruk ranjang, cermin pun berlari. Itulah pula arah langkah Manohari.
Tandi: Apa betul soaL kekerasan seksual?
Poltak: Alah mak jangggggg! Dari 63.436.234 wanita bersuami di Indonesia hampir tiap malam merasakan kekerasan seksual. Tak ada yang protest. Tidak pula raun-raun lapor televisi. Elok kau lihat di Rumah Sakit Korban Lelaki, kau tengoklah itu wanita-wanita berbadan elok akibat kekerasan seksual. Tak satu jua yang melapor ke Komnas Ham. Tak ada jua yang datang ke Komisi Perempuan Kesakitan KPK.
Tandi: Kalau bukan kekerasan seksual, apa pula latar belakangnya?
Poltak : Latar belakangnya yah sudah jelas lahhh. Berakir-rakit ke Kelantan, berenang-renang ke Jawa menyebrang. Bersakit-sakit di Kelantan, bersenang-senang masuk infotainment kejar tayang.
Tandi: Mantap! Itulah yang hendak aku tanya. Sikit-sikit bisakah awak bercerita?
Poltak: Manoarah dan Sultan Jawer berbeda rasa dalam hal bersantap malam. Sultan Jawer lebih berharap makan bersulang jemari. Akan halnya Manoarah lebih suka bersendok garpu. Sultan lebih suka bangau.
Tandi: Apa pula maksud awak ni?
Poltak:Setinggi-tinggi terbang bangau akhirnya kembali ke kubangan ranjang juga.
Tandi: Bila Sultan suka bangau. Bagaimana pula kesukaan Manoarah?
Poltak: Manoarah lebih suka ikan.
Tandi: Ikan?
Poltak:Iyalah ikannnn. Lain lubuk lain ikannya, lain sultan lain rasanya.
Tandi: Salah lah itu. Yang benar lain lubuk lain ikannya, lain belalai lain rasanya.
Poltak: Macam mana pula kau, Tandi! Sultan Jawer juga manusia. Pastilah dia punya belalai.

(Saut Poltak lahir di Ambalat, 31 Pebruari 1963. Seorang pembuat lakon cerita sekaligus askar Departemen Keuangan Kerajaan. Maka tak aneh, manakala card yang terjepit di sakunya itu berlabel dua. Siang berlabel Departemen Keuangan. Sore hingga malam berlabel Redaktur Majalah Kuncung. Salah satu lakon cerita bertajuk “Hargailah Diriku’ telah diproduksi menjadi lakon wayang. Alkisah, berkat lakon Hargailah Diriku itu, lakon-lakon Saut Poiltak Tambunan dihargai mahal.)

Tandi:Konon menurut berita burung sultan suka main silet tehadap Manoarah.
Poltak: Itu juga betul.
Tandi: Kenapa bisa begitu?
Poiltak:Alkisah, selalu sahaja, sultan tak bisa tidur sebelum mendengar sandiwara radio bertajuk Api Di Bukit Manoreh.
Tandi:Ya! Yang pernah disarkan televisi-televisi Indonesia. Itu kan cerita silat.
Poltak: Betul kau bilang itu cerita silat. Tapi didengar sultan itu cerita silet.
Tandi:Silat? Silet? Beda lah antara silat dan silet.
Poltak:Di situlah akar masalahnya. Sultan rasa bila bisa bermain silet maka jadilah sang pejantan tangguh. Tanpa silat silet tak bisa pula hentak-hentak bersetubuh. Pokoknya, cam mana ada berlaku di lakon Api di Bukit Manoreh, berlaku pula terhadap sang istri Manoarah. Silet sana, silet sini, silat lidah, silat silit…. Bergaulah suami istri itu seperti layaknya lakon Api di Bukit Manoreh.
Tandi: Bergaul apa pula?
Poltak: Bergaul berguling-guling lah…
Tandi: Alah makkkkk itu kan biasa.
Poltak:Tapi hal biasa itu menjadi luar biasa yang lama-lama bila tak dicegah bisa menjadi binasa.
Tandi:Kenapa pula luar biasa menjadi binasa?
Poltak: Manorah tidak bisa bergaya melayu. Dia bilang ke aku “Oalah, Poltak….Poltak! Piye kowe itu, Tolle! Yah ndak bisa loh. Masa bergaul suami istri disuruh mlayu-mlayu. Alias lari-lari. Udan sing gede nyembeleh gajah kurang banyu, gajahe mlayu-mlayu. Iya ndak bisa.”
Tandi: Oh….. Itu karena Manoarah orang Jawa.
Polta:Padahal Sultan selalu bilang “Tak kan Melayu hilang ditelan Jaman.”

(Saut Poltak Tambunan dikenal manusia Jawa sebagai novelis yang humanis. Suatu saat ketika Tandi Skober berbaju kumuh tidak bermerk bagus, dibelikannya hem-hem lembut bermerk arrow yang bila dipakek…..lembut di kulit. Hmm, baju itu sekarang entah dimana. Juga dia pintar bertetangga. “Pas Hari Raya Iedul Fitri,”ucap Iing Somantri tetangga Poltak,” Mau mudik tak ada duwit. Eh, Pa Poltak bawa mobil toyota yang mirip kaleng kerupuk itu. Ia mengajak kami sekeluarga mudik ke kampung. Dia yang jadi supir, yang isi bensin yang beli ini itu” Konon amalan baik inilah yang membuat cinta Poltak tidak ditolak gadis Menado berdarah Indonesia.)

Tandi:Sekarang ke mana sebenarnya arah langkah Manoarah setelah ada di Indonesia?
Poltak: Kuda Troya Ambalat!
Tandi : Jadi gara-gara Manoarah akan terjadi perangggggggggg?
Poltak: Salah itu! Sultan Jawer bicara sama aku ,”Ambilah Manoarah itu, tapi ambalat aku ambil, gimana?”
Tandi: Loh? Ambalat ditukar dengan Manoarah?
Poltak: Kenapa tidak? Sisi lainnya, implikasi Ambalat dan Manoarah akan membuat adanya peningkatan anggaran angkatan perang Indonesia.
Tandi: Aku kurang mengerti.
Poltak: Begini Tandi jelekkkk! Ambalat dan Manoarah adalah kartu truf! Angkatan Perang Sultan Jawer jauh lebih berkualitas dibandingkan angkatan perang Indonesia. Jadi tanpa anggaran yang proporsional maka di atas kertas Indonesia kalah.

Tiba-tiba……Kardy Syaid berteriak”Stoppppppppppppppppp!”
Aku diam! Saut Poltak Tambunan malu-malu kucing, permisi mau kencing.
Langit redup di atas Ambalat.
Seorang penjual jamu gendong bernama Reni Teratai Air sodorkan puisi kuliner:
Secangkir kopi pahit (bukan sisa kemarin)
Sekerat rendang warung makan padang
Sekepal nasi putih pulen
Sebentuk hati yang terbelah
Ke arah mana angin Ambalat membawa langkah Manoarah…

Bandung.6/3/2009 8:20:27 PM



UMI…. OMNI ITU YAHAT YA UMI

Airmata Pemred Foeza Hutabarat mengalir linier membasahi keyboad laptop. Di sudut ruang, Redpel Kardy Syaid menunduk memeluk dengkul. Metro TV tayangkan sujud syukur ibu muda bernama Prita berjilbab hitam. Aku? Mengkorek-korek asbak barangkali masih ada sisa puntungan rokok yang masih bisa diisap barang dua atau tiga sedotan.
“Tulis! Tulis! Tulis,”ratap Foeza,”Wawancarai Dewi Justitia, Pritha, JK, SBY, Direktur RS OMNI semua,semua,semua… cepatttttttt!”
Aku nunut! Aku tumpahkan semua puntungan rokok dalam saku baju berlogo PWI.
***
Mentari pagi merangkak naik, memajati pagar rumah Pritha. Bocah manis berusia satu tahun lebih sikit, menggigiti pentil botol susu.

Tandi: Udah ketemu bunda lagi yah yaya…
Yaya : Iya, tapi bunda kenapa sih bawa banyak-banyak olang. Telus ada kamera ada, lampu, ada banyak oom-oom dan tante-tante. Telus kakek siapa?
Tandi : Panggil opung! Opung Tondi Matolu.
Yaya : OIpung Tondi bau okok Opung bau okok… opung bau okok…
Tandi :Iya deh. Opug matikan okoknya.
Yaya : Opung… opung….. OMNI itu yahat ya Opung. Yahat. Masa yaya nenen ama botol. Halusnya kan yaya nenen amat bunda ya Opung.
Tandi : Iya sayang. Terus kalau rindu sama bunda, yaya ngapain aza?
Yaya: Yaya cari potret bunda. Yaya cari cari dan telus cari. Yaya jalan ke sana kemali. Eh, potret bunda ada di atas meja.
Tandi: Yaya ambil potret itu?
Yaya :Yahhhhh…. Yaya ngga bisa ambil. Mejanya kan tinggiiiii banget. Tapi, pas yaya lihat televisi, ada potret bunda….eh, bunda sedang menangis. Yaya lihatin aza bunda. Yaya deketin televisi. Yaya bilang…. Sinih bunda…sinih bunda… Yaya males nenen ama botol. Ayo bunda keluar dari televisi, bunda. Bunda pasti bisa keluar dari televisi. Pokoknya Yaya ngga marah kok mama sakitnya lamaaaaaaaa sekali. SAyo bunda…. Keluiar dari tivi. Satu….dua….tiga….
Tandi: Ohhhhhh gitu…. Bundanya ngga bisa keluar dari tivi ya, yaya?
Yaya : Iya…bunda hanya nangis nangis nangis saja. Harusnya loncat hop hop keluar dari tivi. Telus yaya berpikir. Telus yaya ambil rimot. Yaya pijiti rimot supaya bunda keluar dari televisi. Eh bunda hilang…. Yang ada gambar tante-tante. Yaya sedih. Yaya bilang…bunda…. Yaya mau nenen… yaya ngga mau susu botol…. Yaya mau memeluk bunda. Yaya mau bunda ga kemana-mana…
Tandi :Yaya tahu ngga kenapa bunda ngga ada di rumah lamaaaaaa sekali
Yaya: Kata teteh sebelah itu gara-gara milis…… Opung bau okok, kalau milis itu apa sih?
Tandi :Milis itu surat.
Yaya: Surat itu apa, Opung?
Tandi:Surat itu…tulisan.
Yaya: Oh…. Iya yaya ngerti. A….b….c….d… horeeeeeee yaya pintar…
Tandi: Iya yaya pinter.
Yaya:Jadi gara-gara nulis A….B…..C….D bunda ga pulang-pulang?
Tandi: Benar sayang.
Yaya :Telus mama bobonya di mana? Hmmm, kata teteh tetangga di bui. Betul ga opung?
Tandi: Tapi bunda sekarang sudah sama yaya lagi kan?
Yaya: Iya, bunda pulang! Bunda pulang bawa orang. Bunda pulang bawa orang

Yaya tampak amat berbahagia. Ia lari-lari kecil berputar-putar sambil terus bernyanyi “Bunda pulang bawa orang. Bunda pulang bawa orang.” Di luar pagar, mobil berhenti. Pengacara Bundanya Yaya turun dari mobil. Sang Bunda, papahnya dan beberapa orang keluar dari rumah. Puluhan wartawan elektronik bergerak cepat mengambil gambar.
Mata yaya memandangi bundanya.
Sang bunda memeluk Yaya.
“Bunda pergi dului ya yaya…”
“Pelgi ke mana bunda?”
“Hmmm kerja.”
“Pasti lamaaaaaaaaaa ya bunda?”
“Ngga sayang…. Sebentar saja. Sore Bunda pulang…”

Yaya kembali menari sambil menai “Bunda pulang bawa orang. Bunda pulang bawa orang”
Dan ketika satu demi satu, bunda, papah, pengacara, para wartawam, semua-semua meninggalkan dirinya, bocah manis bermata indah itu mendadak berhenti menari dan menyanyi. Ia memandang ke sudut ruang, ia lihat botol susu itu. Ia berjalan tertatih-tatih. Ia ambil botol susu itu. Ia lihati botol susu itu terus menerus…. Terus menerus…Terus menerus!
Aku trenyuh! Mata bocah itu seperti khabarkan kecemasan tak berujung.
“Allah huma Ya Allah, siapa yang mencuri mimpi bocah manis bermata elok itu, ketika hukum dan keadilan berada di ruang gelap?”

Bandung,Thursday, June 04, 2009 09:45:15



OBAMA, OSAMA, OH SAMA-SAMA O

Sinar bulan jatuh di ruang Redaksi Bu Letin. Foeza Hutabarat tertidur lelap di atas sofa. Di dadanya ada tasbih putih. Kardy Syaid tidur tersenyum di atas sajadah hijau lumut yang tebal. Di jemarinya masih tergenggam Kitab Al Quraan ukuran saku baju. Sementara aku? Klepas-klepus merokok bersandar pada dinding dingin memandangi gambar Barack Husien Obama dan Osama Bin Laden.
Aneh! Obama dan Osama yang sama-sama o(rang) itu saling bertukar amarah. Tak hanya itu, dua nama yang hanya berbeda pada huruf /b/ dan /s/ itu merengkuh tubuhku dan aku didudukan di kursi biro redaksi.
“Berkhotbahlah tentang kita orang, Wahai Opung Tondi,”ucap Osama dan Obama berbarengan.
“Yahh, ndak mungkin. Aku ini repoter yang repot sana-sini mewawancarai sana-sini.”
Obama dan Osama marah! Sama-sama menodongkan pistol ke arahku. Aku nunut! Ngerti! Amerika maupun Al Qaedah sama-sama lebih suka menodongkan pistol ketimbang botol.
“Manusia ada dan menjatidiri menjadi manusia bila ada dialek¬tika,”ucapku agak gemetar,” Adalah komunitas perbincangan baik bersifat horisontal maupun vertikal yang terus menerus diposisikan sebagai substansi humanisme. Soalnya, Allah menciptakan manusia tidak untuk berkesen¬dirian, tapi berpasangan, berkelompok, berbangsa, membineka dan terjembatani lewat dialektika global.”
“Ok! It’s right! Apa itu prinsip Islam?” tanya Obama.
Tiba-tiba Kardy Syaid bangun langsung bacakan Al'Quraan 49:13 “Hai manusia sesungguhnya Kami menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan seorang perempuan dan menjadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku supaya kamu saling mengenal. Sesungguhnya orang yang paling mulia di antara kamu di sisi Allah ialah oran yang paling bertaqwa di antara kamu. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui lagi Maha Mengenal. “
“Wow! Ok! Banget,” respon Obama,” Dengan demikian manusia bisa didefinisikan sebagai mahkluk kultural. Ia dihadirkan tak cuma sebagai fenomena supernatural yang jatuh dari Surga, juga bisa jadi merupakan gejala kultural yang multi dimensi “
“Itulah Islam, Tuan Presiden,”ucap Foeza Hutabarat, yang mendadak bangun. Masih ada air liur di sudut bibir Foeza,” Manusia adalah mahkota serta puncak alam semesta! Manusia adalah makhluk yang bertanggungjawab, yang diciptakan dengan sifat-sifat Ketuhanan. Seperti sebuah samudra maha luas, manusia adalah penghubung antara Zat Mutlak dan segala penciptaanNya. Alam mikro kosmos yang mengungkapkan alam makro kosmos. Seperti halnya air menjadi penghubung antara ombak dan laut. Sebagai pangkat terakhir penjelmaan Zat Mut¬lak, maka manusia bisa diposisikan sebagai titik balik bagi perjalanan kembali kepada Allah. Secara potensial manusia adalah tempat pertemuan antara pengaliran keluar dan pengaliran kembali.”
“Anda dengar apa kata Indonesianis Foeza Hutabarat wahai Obama?” ucap Osama.
“Yah! Pada hakekatnya Amerika berpihak pada opini itu!”
“Lantas kenapa Amerika suka dar-der-dor di negeri orang?”tanya Osama.
“Hmm begini, Al Muhkharom Osama Bin Landen,”ucap Foeza melerai,” Ini berawal dari dialektikia Amerika bersifat internal! Mereka dipenjara akal, dipenjara naluri, dipenjara indera, dipenjara oleh otoritas superpowernya! Pada saat bersamaan Amerika juga dintervensi dialektika bersifat eksternal! Ini lebih gawat lagi! Adanya materi, alam, sejarah bahkan struktur kultural peradaban anti Amerika yang mengglobal! Amerika akhirnya bagai sekrup-sekrup mesin dari sebuah proyek raksasa yang diciptakannya sendiri! Celakanya Amerika tidak pernah lepas dari berhala-berhala pemikirannya sendiri. Dan dengan pongah Amerika amat yakin bahwa hanya cukup dengan berbisisk selembut bisikan semut, ia akan mampu membuat perubahan-perubahan mendasar peradaban manusia di belahan dunia lain. Bahkan dengan pidato hanya satu menit yang disebarluaskan mass media. ia akan mampu menggonjlang-ganjlingkan dunia lewat intervensi, pembantaiaan-pembantaian bahkan konon untuk kebiadaban ini selalu saja berkata: Demi perdamaian dan kelestarian kebudayaan universal! “
Obama menangis! Ia memeluk diriku. Aku usapi kepalanya yang mendekati gundul itu. Aku elusi hidungnya yang mirip penggaris segitiga itu. “Dengar Obama,”tuturku,”Manusia selalu saja diguncang dilema-dilema rumit. Dan inilah dilema abad ke abad yang tak pernah selesai. Potensi yang dimiliki untuk memperluas kesempurnaan sebagai bayang-bayang nyata kebesaran Allah justru diobrak-abrik rudal-rudal brutal duniawi. Dan manusia selalu ceroboh !”
“Oh Opung Tondi….andai kau mau pindah ke Amerika. Kau akan menjadi penasihat spritualku,”ucap Obama.
"Oh Obama, “tuturku lembut,”Sadarilah, bahwa apa yang selama ini engkau sangka sebagai dirimu itu hanyalah ramuan dari keyakinan-keyakinan orang lain yang dijejalkan ke dalam dirimu, tetapi ingatlah, itu bukan dirimu yang sebenarnya"
“Oh Opung Tondiiiiii, ajari saya, Presiden Amerika tentang satu hal yang membuat saya mengerti sebenarnya melangkah ke arah mana umat Islam itu?”
“Berkendaraan dunia untuk menadapatkan alam langgeng bernama surga ukhrawi!”
Kardy Syaid yang bersuara bagus itu kembali membacakan Surat Al Baqarah ayat 3,4 dan 5 ,”"Mereka yang beriman kepada yang ghaib, yang mendirikan sholat, yang menafkahkan sebahagian rezki yang Kami anugerahkan kepada mereka, dan mereka yang beriman kepada Kitab yang telah diturunkan kepadamu dan Kitab-Kitab yang telah ditu¬runkan sebelummu, serta mereka yakin akan adanya akhirat. Mereka itulah yang tetap mendapat petunjuk dari Tuhannya dan merekalah orang-orang yang beruntung."
“Wow! Simpel! Sederhana! Tidak serumit yang saya bayangkan.”ucap Obama seraya garuk-garuk kepala gundulnya,”Tenyata Islam bukan hanya mengajarkan kebenaran-kebenaran serta tata nilai universal yang kekal, yang mampu memberi petunjuk bagaimana memerdekakan diri dari penjara harta, dunia, struktural sosial dan bayang-bayang dirinya, tetapi Islam pada hakikatnya, juga memiliki kapasitas solusif untuk menampung segala dilema dunia. “
“Mantap itu!”ucapku.
Kini Obama memandangi Osama. Saling pandang yang luarbiasa! Obama menaruh pistol di meja redaksi. Osama, demikian juga! Ia letakan pistol di atas sofa. Terus? Keduanya saling berangkulan.
“Aku sudah siap untuk berpidato di Mesir tentang Islam!”ucap Obama
“Aku akan mendengar pidato anda, Tuan Presiden Barack Obama,”balas Osama
“Tolong sebut namaku secara lengkap, Osama,”balas Obama,.” Namaku Barack HUSEIN Obama!”

***
Obama matikan rokok yang ia isap, Puntungan rokok itu ditaruhnya ke asbak.
Aku pandangi rokok itu! Hmm, rokok itu masih cukup panjang untuk dua hingga tiga kali isap.
Agak samar terdengar suara malam yang alunkan Surat Al Fajr ayat 27 s.d 30 dari sebuah surau yang terpencil: "Hai jiwa yang tenang. Kembalilah kepada Tuhanmu dengan hati yang puas lagi diridhaiNya. Maka masuklah ke dalam jama'ah hamba-hambaKu, dan masuklah ke dalam syurgaKU."
Aku terjaga dari tidur. Mataku langsung ke asbak rokok. Kukorek-korek asbak mencari sisa rokok Obama. Ohhhh nasib, tiada jua kutemui…..

Kairo, Mesir, Friday, June 05, 2009 8:05:37 AM


NINE (9) MISS INDONESIA 2009

Radio Citra Televisi Indonesia (RCTI) dipeluk erat Pemred Foeza Hutabarat. Penyiar radio bernama Imam Tantowi baru saja khabarkan Nine terpilih sebagai Miss Indonesia 2009. Redpel Kardy Syaid sibuk utak-atik arah antene radio. Bendahara Bu Letin bernama Reni Teratai Air buka kencleng kaleng. Maklum hari sabtu hari gajian. Aku? Terus menerus memandangi lembaran-lembaran uang itu .Dalam setiap lembaran uang tergambar: Rendang Warung Padang, Teh Es Tawar dan sebatang rokok kretek yang masih utuh. Kutelan air liur yang mengalir memasuki tenggorokanku.

“Tandiiiiiiiiiii!”tiba-tiba Foeza bicara keras,”Wawancarai Nine Miss Indonesia 2009! Cepat!”
“Ingat, bang”pesan Reni Teratai Air,”Yang kau hadapi ratu kecantikan! Mandi dulu. Pakek sabun. Sikat gigi pakek siwak agar mulut kau tidak bau rokok. Dan semprot dengan wewangian. Ngerti?”
Aku ngerti! Berikut wawancara dengan Nine si Miss Indonesia 2009.

***

Tandi: Nine itu bahasa inggris ya Nine. Itukah sebabnya anda bicara cas-cis-cus di depan juri?
Nina : Oh yes! That is that! Ini kan pemilihan miss indonesia 2009 yah pakek bahasa innggrislah. Kecuali pemilihan Ratu Indonesia, tentunya saya pakek bahasa Jawa.
Tandi: Loh kenapa?
Nine: Nyi Roro Kidul kan ada di Jawa. Ia suka pakek mahkota gemerlap di kepalanya. Bahkan kata Ibu Mentri Urusan Kewanitaan, sebenarnya ide pemilihan miss Indonesia itu diinspirasi cerita nyi roro kidul yang kerap dimainkan Suzana. Lihat mahkota aku? LIhat? Mirip Nyi Roro Kidul kan?
Tandi :Oh yesssss. I think show! Waktu kamu kecil apa pernah bemimpi jadi miss Indonesia?
Nine: Pas kecil aku lebih kepingin jadi kupu-kupu.
Tandi : Kupu-kupu?
Nine: Ya! Kupu-kupu! Tiap siang aku selalu nyanyi kupu-kupu yang lucu, kemana engkau pergi. Aku kejar kupu-kupu itu. Oh, lihat sayapnya begitu indah! Banyak warna! Ada warna merah jingga hijau kunig biru nila…tra la la la (Nine menari lucu) kupu-kupu yang lucu kemana engkau pergi.
Tandi: Oh! Yes! I think show! Terus sampai sekarang masih ingin jadi kupu-kupu?
Nine: Ih! Ya ngga lahhhh! Emang sihhhh, kalau siang kupu-kupu itu lucu! Tapi pas malam, jadi kupu-kupu malam. Emang pelacur wanita itu lucu? Ya enggalah! Lebih enak jadi nyamuk, seburuk-buruk nyamuk disebut orang wartawan alias nyamuk pers.
Tandi: Oh! Yes! I think show! Sebenarnya wanta idola kamu siapa sih?
Nine : Ken Dedes!
Tandi : Ken Dedes?
Nine :Iyalah… Ken Dedes! Dalam diri dia ada dua hal yang mestinya dipunyai banyak wanita Indonesia. Yaitu inner beauty dan inner smart! Kecerdasan dan kecantikan yang memancar dari semua organ tubuhnya.
Tandi : Bisa kamu ceritaka lebih rinci?
Nine: Dalam mitos Jawa Kuno dituturkan inner beauty dan inner smart Ken Dedes terpancar dari gua garbanya. Ana ndeleng cahyaning putih car mancar sing gua turuk garba. Konon, itu pula yang bikin raja-raja Jawa yang akhirnya menjadi suami Ken Dedes itu takluk nunut apa yang diinginkan gua garba itu. Bahkan seorang Kardy Syaid dalam esainya bertajuk “Yen Ning Tawang Ana Wadon” memastikan inti suksesi raja-raja Jawa bukan disebabkan keinginan menjadi penguasa teritorial tetapi lebih disebabkan keinginan memasuki gua garba Ken Dedes.
Tandi : Oh! Yes! I think show! Itukah sebabnya saat kamu di panggung, meletakan telapak tangan kamu di depan mulut. Dan kamu monyongkon mulut hembuskan angin melalui telapak tangan kamu? Terus orang-orang tepuk tangan.
Nine : Yah! Memang itu simbol kecantikan gua garba gaya Ken Dedes. Salam sayang yang keluar dari lubuk mulut terdalam yang tersembunyi.
Tandi: Oh! Yes! I think show!
Nine : Sebenarnya salam sayang itu ingin aku apresiasikan lewat tangan yang diletakan di kepala terus dijulurkan ke arah penonton. Tapi ketua panitia ga setuju. Itu gaya tentara. Ini miss Indonesia bukan misil tentara.
Tandi : Oh! Yes! I think show! Kenapa dalam pemilihan miss Indonesia tidak ada yang pakek jilbab.
Nine: Hmmmm, aku tidak punya kompentensi untuk jawab itu.
Tandi : Kamu pasti punya opini hal itu. Dan ini penting! Kita tahu Indonesia itu disebut-sebut Obama sebagai negara dengan penduduk muslim terbesar di dunia.
Nine: Ini off the rord ya. Hmm begini! Emang sih, untuk menjadi ratu kecantikan ataupun ibu negara , sebaiknya, seharusnya, semestinya, searifnya…… yaaaaa gimana yaaaa?
Tandi :Ah! Bicaralah wahai Miss Indonesia,
Nine: Ohhhhh, aku ingat! Aku ingat! Gus Dur di TV One, pernah bercanda bahwa Nyi Roro Kidul tidak mau pakek jilbab makanya terjadi gempa. Artinya? Karena miss Indonesia ini diinspirasi oleh mahkota Nyi Roro Kidul, sementara Nyi Roro Kidul tidak pokek jilbab, makanya miss Indonesia ya engga pakek jilbab.
Tandi : Oh! Yes! I think show!
Nine: Lagi pula makna miss Indonesia itu dalam bahasa Indonesianya artinya kehilangan Indonesia! Jadi jangan pernah berfikir bahwa aku ini merupakan profil wanita berwajah Indonesia! Aku setuju banget dengan Tan Koh Ber dari Komunitas Saritem Bandung yang mengatakan di CNN bahwa Miss Indonesia itu tidak lebih dari “The Dark of Indolence Indonesia”
Tandi : Oh! Yes! I think show! Terakhir! Rokok apa yang paling kamu sukai?
Nine : Emang kamu ingin dirokok?
Tiba-tiba….. “Stopppppppppppppppppppp!”teriak Kardy Syaid,”Jangan diteruskan! Kamu itu sudah jelek eh jorok lagi, Tandi bego!”

***

Reni Teratai Air menyodorkan amplop honor minggu ini. “Kencleng uang makin seret. Jadi honor abang setelah dipotong utang sana-sini tinggal 5 ribu rupiah. Emang itu ga cukup untuk sepotong rendang, secangkir teh es tawar dan sebatang rokok ,”ucap Reni,” Tapi itulah takdir abang. Selamat berakhir pekan ya bang.”
Aku diam. Diam-diam mataku merayapi sepatu bagus milik Redpel Kardy Syaid. Dalam anganku, aku ambil sepatu itu, aku bawa ke pasar loak Cimol. Terus? Aku kantongi beberapa lembar uang. Terus? Aku hadapi dengan air liur yang meleleh :Sepotong Rendang Warung Padang, secangkjir teh es tawar dan sebatang rokok……

Bandung, 6 June 2009 @ 09:05:26



PIKNIK KE KEBUN BIN(A)TANG WHITE HORSE

Mobil mewah BMW 23i4 berhenti di depan kanto Bu Letin. Pria necis berkacamata hitam menyedot cerutu keluar dari mobil, melangkah ringan memasuki ruang redaksi. Pria perlente ini ternyata Pemimpin Umum Bu Letin. Nama beliau tertulis di dahinya A Rahim Qahar! “Kita piknik ke kebun binatang!” ucap Qahar.
Wow! Keren! Ahad, 7 Juni 2009 yang indah!
Reni Teratai Air sudah menyiapkan 5 rantang. Rantang 1 bersusun 5 untuk Pemimpin Umum A Rahim Qahar! Rantang 2 bersusun 4 untuk Pemred Foeza Hutabarat. Rantang 3 bersusun 3 untuk Redpel Kardy Syaid. Rantang 2 bersusun 2 untuk bendahara Reni. Rantang 5 bersusun 1 untuk aku. “Ini propoisional fungsional sesuai dengan jabatan,”kilah Foeza.
Aku ikhlas! Juga ridho, ketika aku harus duduk meringkuk di bagasi mobil, disebabkan mobil bagus itu hanya bisa menampug lima penumpang termasuk supir. Kalaupun aku tersiksa ini disebabkan dalam bagasi aku tidak bisa merokok.
Mobil berhenti. Aku keluar. Ternyata kami berada di depan gedung DPR Senayan.
“Ini kebun binatang?”taya Qahar.
“Bukan, bos,”ucap Kardy Syaid,”Tapi betul, bos. Para bintang film sinetron akan ada di gedung mewah ini. “
“Para bintang yang binatang?”ucap Qahar seraya memiringkan kepalanya ke kiri.
“Begini bos, “potong Foeza,”Maksud kami…. Hmm, mereka itu bintang yang dibina secara matang oleh parpol. Terus orang bilang yahhhh..binatang. Bina secara matang.”
“Bintang yang binatang! Ok! Kita piknik di sini.”
“Nuwun sewu, Kang Mas, “potong Reni,”Kita tidak akan mendapatkan seekor binatangpun di gedung DPR ini. Walaupun, emang sih ada beberapa ekor anggota DPR yang korupsi, maen perempuan, sikat-sanah-sikat sinih, tapi itu tidak berarti mereka itu masuk kelompok khewan.”
“Betul, Bos. Ada anggota DPR yang ditangkap KPK,”ucapku.
“Apa itu KPK?”tanya Qahar.
“Komisi Pemberantas Khewan!”
“Nah! Loh! Berarti di sini ada kumpulan khewan yang ditangkapi KPK. Iya kan?”
“Tak juga betul, Bos, “potong Foeza” Sebab kalaupun kita piknik di gedung ini, kita akan bingung. Kita tidak bisa membedakan mana binatang mana bintang. Mana khewan dan mana pula kawan. Soalnya penghuni gedung DPR ini yah mirip kita –kita ini Bos.”
“Kita cari kebun binatang lainnya. Cabutttttt!” teriak Qahar.
Maka, kembali aku meingkuk dalam bagasi.
Mobil berhenti. Aku keluar dari bagasi. Mobil berada di depan Istana Negara.
Foeza berkeringat dingin. “Ini Istana negara, Boss. Tempat berkumpulnya presiden, wakil presiden dan para mentri. Jadi sangatlah tidak bisa dimengerti kalau kita berada di di sini. Sebab ini istana negara. “
“Loh? Itu kan ada gambar khewan burung Garuda?” tanya Qahar.
“Betul bos,”sambung Kardy,” Garuda itu termasuk jenis binatang. Itu hanya simbol.”
“Artinya para penghuni istana ini akan belajar moral dari seekor binatang bernama Garuda Pamcasila?”
“Bos benar,”ucap Reni,”Dulu ada penataran P4. Pedoman Penghayatan Pengamalan Pancasila. Tapi bukan berarti, mencoba mengamalkan bagaimana seekor khewan berpolitik, berekonomi, beretika, bermesra-mesraan. Ga mungkinlah…. Kita meniru gerak-gerik khewan agar disebut pancasialis.”
“Hmmmm kamu Tandiiiii?”tanya Qahar,”Apa second opinion kamu?”
“Emang kita harus belajar moral dari burung, bos! Khewan itu jauh lebih khewani ketimbang manusia. Burung gagak akan mencuri rendang dan tidak akan mengambil piring dimana rendang itu diletakan. Mencuri hanya untuk kepentingan sesaat. Kalau manusia lebih serakah dari binatang. Rendangnya dicuri berikut piring dan rokoknya! Seekor kucing hanya mengambil rendang di dapur terus pergi. Manusia yah ambil rendang ambil piringnya ambil kompornya ambil rokoknya.”
“Sableng kamu! Dari tadi rendang rokok rendang rokok rendang rokok melulu! Cabuttttttt”
Kembali aku masuk bagasi.
Mobil berhenti! Aku keluar! Bah! Kami sudah berada di beranda gedung putih Amerika Serikat!
“This is …white horse….”ucap Qahar
“Maaf bos… bukan white horse tapi white house…”ucap Foeza.
“Bego kamu! Toefel kamu berapa?”ucap Qahar,”Kita piknik di kebun binatang terbesar di dunia. Holiday in white horse”
Reni mulai menata rantang. Kami menggelar tikar bersiap-siap makan berjamaah menghadap white horse. Aku lihat Reni meletakan rantang bersusun satu di ujung jempol kakiku. Aku buka! Hmmm, setumpuk nasi, kerupuk keriting, mie goreng keriting dan sebatang rokok kretek.
“Tandiiiiiii,”teriak Qahar.
“Siap boss!”
“Sepanjang kami makan, kamu bacakan puisi apa saja hingga kami selesai makan.”
Aku manggut-manggut. Seraya melihat mie keriting, akupun berpuisi “Dari sabang sampai maroke, dari Deli sampai ke Dili, rakyat negeri cuma makan indomie…… SBY presidenkuuuuuuuuuu!”
“Lanjutkannnnn!” teriak Qahar sambil mengunyah rendang.
Seraya melihat mie keriting, akupun kembali berpuisi “Dari sabang sampai maroke, dari Deli sampai ke Dili, rakyat negeri cuma makan indomie…… SBY presidenkuuuuuuuuuu!”
“Lanjutkannnnn!” teriak Foeza Hutabarsat sambil mengunyah ikan kepala kakap.
Seraya melihat mie keriting, akupun kembali berpuisi “Dari sabang sampai maroke, dari Deli sampai ke Dili, rakyat negeri cuma makan indomie…… SBY presidenkuuuuuuuuuu!”
“Lanjutkannnnn!” teriak Kardy Syaid sambil menggerogoti sum-sum sop buntut.
Seraya melihat mie keriting, akupun kembali berpuisi “Dari sabang sampai maroke, dari Deli sampai ke Dili, rakyat negeri cuma makan indomie…… SBY presidenkuuuuuuuuuu!”
“Lanjutkannnnn!” teriak Reni TYeratai Air sambil mengunyah rendang jengkol
Seraya melihat mie keriting, akupun kembali berpuisi “Dari sabang sampai maroke, dari Deli sampai ke Dili, rakyat negeri cuma makan indomie…… SBY presidenkuuuuuuuuuu!”

Bandung 7 June 2009 09:59:57

Amir Taqi's Works

Amir Taqi's Works

Popular Posts

Related Blog or Site

 
Support : Creating Website | Johny Template | Mas Template
Copyright © 2011. Kostum - All Rights Reserved
Template Created by Creating Website Published by Mas Template
Proudly powered by Blogger | Distributed by Rocking Templates