Durasi .............60 menit
Naskah............ Darminto M Sudarmo
Judul.................Duet Dalang Kondang Ki Manteb n Kang Asep
Setting..............(Blocking View Duet Dalang Kondang)
Broadcast........TPI th 2006(Sekarang: MNC TV)
Pemain:
1. Jojon (seperti Mak Lampir) Nyai Wewe Gombel
2. Kang Ibing …………………………………… Mbah Dukun
3. Misye Arsita ………………………………………… Pengamen
4. Gogon ………………………………………. Penganggur
5. Asep ……………………………………………… Perantau asal Bandung
6. Manteb …………………………………………… Perantau asal Solo
7. Parto ……………………………………………… Calo Mbah Dukun
8. Malih & Kirun.......................................................... Kaum Terpelajar
9. Bintang Tamu Wanita (Cantik) …………………… Asisten Dukun
10. Figuran Wanita Penari (6 org) …………………… Penghibur Suasana
11. Properties: (Boneka Bayi polos) dan perlengkapan efek2-nya: asap, petasan, suara tangis bayi, dll).
12. Busana: Tradisional nakal dan metal.
Musik Pengiring:
Pengrawit Gamelan Jawa & Sunda
(Akan makin asyik kalo bisa diarransemen rada nakal dan dikolaborasi dengan unsur-unsur modern).
Adegan 1
Tampak para Penari wanita (6 orang ) membawakan tarian tradisional metal, diiringi lagu-lagu dan Gending Jawa/Sunda.
Adegan 2
Setelah tarian dan nyanyian berlangsung kira-kira 1,5 menit, tiba-tiba muncul sosok bayangan besar dan menyeramkan dari arah belakang. Sosok itu adalah Nyai Wewe Gombel Jojon yang datang sambil menggendong bayi telanjang dan salah satu tangannya memegang rokok siong dengan asap yang mengepul. Suara tawanya tidak menyeramkan, tapi terdengar lucu.
Para penari wanita kaget sekali, lalu satu persatu mundur. Nyai Wewe Gombel Jojon sebenarnya tertarik pada tarian dan nyanyian itu dan mau ikut nimbrung, tapi karena para penari keburu ketakutan, ia jadi bengong, tak mengerti mengapa para penari bubar. “Hi-hi-hi, padahal kita sama-sama cewek, lho!” kata Nyai Jojon.
Lalu ia mencoba menari sendiri; tentu dengan tarian lucu dan gamelan pengiring yang kadang menggoda dan menyesatkan gerakan Nnyai Jojon. Karena kesal dipermainkan para penabuh gamelan, Nyai Jojon lalu berhenti; apalagi bayi yang di gendongannya tiba-tiba menangis meraung-raung minta mimik.
Sebelum memberi mimik, Nyai Jojon menyedot rokok siongnya dulu; asap ditelan, lalu si bayi diberi ASI. Bayi itu tidak menangis lagi. Beberapa saat kemudian, bayi itu selesai, dan wajahnya mengarah kamera, dari mulut bayi itu keluar asap rokok: mengepul. Nyai Jojon kaget.
Asap habis, bayi itu merengek lagi. Nyai Jojon memberi mimik lagi. Selesai nyedot, tak lama kemudian dari dubur Bayi itu keluar asap rokok. Nyai Jojon makin kaget!
Asap habis, bayi itu merengek lagi. Nyai Jojon memberi mimik lagi. Usai nyedot, dari dubur bayi keluar petasan cabe yang meletus beberapa kali. Nyai Jojon makin kaget sampai melompat-lompat!
“Dasar anak setan, lo! Untung masih kecil, kalo gede, be-ol kamu kayak gunung meletus!”
Adegan 3
Mbah Dukun (Kang Ibing) muncul dan menatap Nyai Jojon sejenak lalu menggeleng-gelengkan kepala. “He-he-he! Dengar Nyai, sebagai makhluk halus, kamu harus tidak kelihatan. Jangan sering melakukan penampakan, ketahuan orang TV, jadi program kamu! Sana, masuk ke tempat biasa. Jangan muncul kalo nggak dipanggil, ya?!!!”
“Hi-hi-hi, baik, Bos!” Nyai Jojon out frame.
Dukun (Kang Ibing) lalu monolog, bercerita riwayatnya dulu yang pernah merantau dari kampung ke kota, ternyata nasibnya justru tambah terlunta-lunta. Ia kemudian melakukan Tirakat, puasa 40 hari ditambah sehari semalam melakukan puasa Pati Geni, tidak makan tidak minum, tidak tidur.
Akhirnya ia ketemu Seorang Mbah yang misterius dan memberinya segelas air putih. Setelah air segelas itu dia minum, Mbah tadi langsung gaib, hilang. Dan tiba-tiba ia merasakan diikuti oleh sebuah bayangan yang menyeramkan. Ternyata bayangan itu adalah Nyai Wewe Gombel Jojon yang mengaku telah menjadi hambanya dan siap membantu apa saja bila Kang Ibing mau berprofesi sebagai seorang Dukun.
“Apa saja? Gile Bener!” Dukun (Kang Ibing) inget kata-kata itu. Dan ia ngetes Nyai Jojon berkali-kali ternyata memang terbukti. Sejak itu, ia lalu mendeklarasikan diri sebagai Dukun Sakti Mandraguna.
(Pada bagian di atas ini, bila bisa diselingi dengan insert: fragmen Kang Ibing (layar lebar, jika ada) waktu merantau dan ketemu Mbah Misterius maupun Nyai Jojon, mungkin tambah seru).
Adegan 4
Muncul Parto, Si Calo Dukun. Ia melaporkan kepada Dukun (Kang Ibing) kalo dirinya sudah dapat empat pasien. Satu pasien seorang wanita pengamen yang ingin jadi pesinden top dan kedua, seorang pria sudrun, pengangguran, yang ingin jadi dalang top; ketiga, seorang pria bernama Asep, perantau asal Bandung pingin jadi pelawak terkenal; dan keempat, laki-laki, perantau asal Solo pingin jadi Pelawak Solo atau Pelawak Tunggal.
Parto pesan supaya Mbah Dukun menyiapkan diri karena sebentar lagi kedua pasien itu akan sowan ke sanggar Mbah Dukun. Dukun (Kang Ibing) lalu buru-buru out frame dan bersiap-siap dengan seragam kebesarannya. Sementara itu Parto mengeluarkan kalkulator dari saku lalu tampak sibuk menghitung komisi yang bakal diterimanya.
Adegan 5
Muncul Misye Arsita dan Gogon. Misye mengagetkan Parto yang lagi sibuk menghitung keuntungan yang bertebaran di udara. Misye dan Gogon lalu mendesak soal janji Parto mau mempertemukan dengan Dukun Sakti.
Menurut Parto, ketemu orang sakti itu ada aturannya. “Lihat matahari. Setelah dia agak condong ke barat, baru boleh nemuin Mbah Dukun (Kang Ibing).”
Parto lalu Tanya ke Misye maupun Gogon, bagaimana manusia-manusia culun macam mereka berani punya nyali mau jadi pesinden dan dalang top? Misye Arsita lalu pamer soal bakatnya yang luar biasa. Gogon juga, bahkan ia memperagakan kemahirannya mendalang.
Tapi semua yang ditunjukkan ke Parto itu gombal, tidak mutu. “Tunggu saatnya, nanti setelah disentuh oleh mantra sakti Mbah Dukun, kalian pasti tak percaya pada kehebatan yang akan kalian miliki!” kata Parto.
Misye dan Gogon sangat gembira, sehingga hampir saja mereka berpelukan kayak baru aja lolos audisi.
Adegan 6
Muncul Asep dan Manteb. Dengan bahasa Sunda yang medok, Asep mengingatkan Parto bahwa mereka berdua (dan Manteb) juga pingin ketemu Dukun Sakti itu.
Parto pura-pura menggertak, “Emang kalian bisa apa? Mau jadi pelawak top? Emang ngelawak gampang? Ikut API dulu, masuk seleksi audisi dulu, bisa masuk kagak?”
“Tapi Mas Parto,” sahut Manteb, “katanya Dukun Sakti itu bisa menyulap kita jadi pelawak top dalam waktu singkat, makanya kita tertarik banget. Lihat nih! Duit hasil mbobok celengan kerja setahun, nih, cukup, kan buat ongkos?”
Parto blingsatan begitu melihat kemilau duit; ia lalu minta Asep dan Manteb bergantian memperagakan keterampuilan mereka melawak.
Melihat penampilan dua orang udik itu, baik Parto, Misye maupun Gogon tertawa terpingkal-pingkal. Bukan karena lawakannya lucu tapi karena keluguan dan kepolosan mereka yang bikin penonton ngetawain.
“Sudahlah! Kalian berdua masuk waiting list! Antre kloter berikutnya setelah dua orang cowok dan cewek yang genit itu!” (menunjuk ke Gogon dan Misye). Mereka berempat (Misye, Gogon, Asep dan Manteb) out frame. Parto mengambil kalkulatornya lagi, masih menghitung komisi yang belum rampung dan terganggu kedatangan Misye tadi.
Adegan 7
Muncul Malih dan Kirun. Dari pakaian keduanya ketahuan kalo keduanya mahasiswa. Tasnya gede dan bawa buku tebal-tebal.
“Ini dia biangnya! Dapat mangsa gede ya, To?” Tanya Malih pada Parto dan Kirun menatap Parto dengan mimik sinis.
“Yah, lumayan. Namanya orang yang lagi daripada nyari nafkah, dst.dst.” jawab Parto.
“Asyik juga ya dengan adanya dukun sakti, orang tidak dapat menyanyi, datang ke sana, asal mau bayar sejumlah uang, diberi mantra dan air putih, tak lama kemudian langsung pintar nyanyi. Tak perlu belajar. Tak perlu kuliah. Tak perlu ikut masuk test perguruan tinggi. Kalo gitu, misalnya aku ke sana pingin pinter kayak professor langsung bisa?” Tanya Kirun dengan nyindir.
Parto tampak blingsatan, “Ya, begitulah…!!! Namanya juga ilmu gaib.”
“Supaya pintar korupsi? Juga langsung bisa?” Tanya Kirun lagi.
Parto makin merasa kalo dirinya disindir. Ia mau mencoba berkelit supaya bisa kabur, tapi Malih dan Kirun terus mendesak dengan pertanyaan-pertanyaan yang membuat Parto ketakutan setengah mati.
Apalagi Kirun menyebut-nyebut pasal KUHAP segala. Yang menipulah, yang menyesatkan oranglah.
Malih menegur Kirun, “Urusan gaib mah kagak ada hubungannya ama pasal-pasal begitu, Run. Santet aja ampe sekarang tak bisa dibuktikan di pengadilan!”
“Iya kalo gaib beneran, kalo boongan?” balas Kirun. Keduanya berdebat seru.
Kesempatan itu dimanfaatkan Parto untuk kabur dan segera menyusul keempat pasiennya yang udah jalan duluan.
Malih dan Kirun masih berdebat. Setelah mereka menengok, baru sadar kalo Parto berhasil kabur. Maka sambil membuktikan kenyataan yang terjadi, mereka bertekad ingin melihat langsung di lokasi dukun sakti berpraktek. Keduanya pun out frame, menyusul Parto.
Adegan 8
Tiba-tiba terdengar bunyi musik magis yang cukup heboh. Bumi seperti diguncang dan langit seperti kencing.
“Ini pertanda bahwa Mbah Dukun siap ditemui! Kalian sudah siapkan sarat-saratnya?” ujar Parto. Baik Misye maupun Gogon mengangguk dengan gemeteran. Parto ternyata tidak ikut masuk. Ia hanya mengantar. Lalu out frame.
Misye dan Gogon pun menghadap Mbah Dukun. Tapi orang yang pertama menyambut adalah seorang gadis cantik (Bintang Tamu Wanita) yang mengaku sebagai Asisten Mbah Dukun.
Gadis Cantik itu mengajukan beberapa pertanyaan yang tidak lazim, misalnya: berapa kali dalam seminggu melirik ke lawan jenis?
Mengapa tertarik menjadi pesinden dan dalang wayang kulit? Mengapa bukan satpam atau tentara?
Pernahkah waktu lapar makan kembang dan kemenyan?
Bagaimana pendapat mereka tentang kebiasaan orang yang meludah dan kentut di sembarang tempat?
Dst. Dst.
Adegan 9
Mbah Dukun (Kang Ibing) muncul. Ngomongnya ngaco dan seperti orang kesurupan. Kemudian kepada Asistennya ia bertanya, “Apa mereka sudah melengkapi administrasi? Bayar uang, jelasnya!?”
Asistennya dengan gemetar mengatakan sudah.
“Baik! Kesini kalian dua orang sontoloyo! Kalian pengin ngetop? Seberapa ngetop? Nah! Ini ada dua gelas air. Masing-masing minum satu gelas, sampai habis!”
Misye dan Gogon meraih gelas dan meminumnya. Tak lama kemudian keduanya merasa agak pusing, kepala seperti berputar-putar.
Adegan 10
Tak lama kemudian, muncul sosok Nyai Wewe Gombel Jojon; ia mencolek lengan Misye Arsita dan kemudian mengajarkan cara nyanyi/nyinden yang benar.
Dimulai dari do re mi fa sol la si do dan latihan vokal: a i u e o, auoooo, aueeee, auiiiiii, dan seterusnya.
Kepada Gogon, Nyai Wewe Gombel Jojon mengajarkan cara mendalang yang benar, tentu saja dalang wayang Sunda. Semuanya dilakukan secara cepat, tapi kedua orang itu langsung bisa dan percaya diri.
Misye selain mahir nyinden, ternyata juga mahir nyanyi ndangdut. Gogon yang diajari mendalang wayang golek, ternyata malah mahirnya mendalang wayang kulit (Jawa). Keduanya dianggap cukup, lalu dibolehkan out frame. Nyai Gogon, juga sememtara out frame.
Adegan 11
Giliran Asep dan Manteb in frame. Dukun menatap dua orang ini dengan mata melotot. Berkali-kali menggosok-gosok matanya. “Heh! Kalian mau apa sebenarnya?”
“Kami pingin jadi pelawak, Mbah Dukun. Pelawak top. Supaya cepat kaya dan terkenal!” sahut Manteb dengan mantap.
“Puih! Orang-orang sontoloyo macam kalian mana bisa jadi pelawak. Tapi berhubung menurut laporan Asisten saya, sodokan dananya agak kenceng, oke, nih, air putih diminum!”
“Nggak pake racun kayak dukun Iskandar yang di Tegal itu, kan?” Tanya Asep, takut-takut.
“Enak aja! Emang gua dukun apaan? Cepat minum, keburu kesaktiannya habis!”
Keduanya minum air putih; masing-masing satu gelas, langsung habis; maklum kehausan.
Setelah itu mereka merasa kepalanya juga puyeng.
Adegan 12
Tak lama kemudian, muncul sosok Nyai Wewe Gombel Jojon; ia mencolek lengan Asep dan Manteb, kemudian mengajarkan cara melawak yang benar.
Dimulai dari monyongin mulut. Menekuk-nekuk muka, njulingin mata, berjalan seperti orang bego dan lain-lain.
Nyai Jojon juga ngajarin ngomong di depan orang banyak di atas panggung. Dia mulai buka suara, “Saya mo ngomong; mo ngomong saya, saya mo ngomong; ngomong dong, sayang….????!!!!” Sambil monyongin bibir.
Maka Asep dan Manteb menirukan adegan itu; persis seperti iklan Telkom.
Adegan 13
Tepat pada saat Asep dan Manteb latihan ngomong dan ternyata tak juga bisa, masuk Malih dan Kirun.
Mbah Dukun dan Nyai Jojon sangat kaget, melihat kehadiran dua orang yang selonong boy itu.
Kirun makin curiga melihat kenyataan itu. Kenyataannya, Manteb dan Asep nggak bisa ngelawak.
Kirun bahkan meneliti dengan seksama wajah Mbah Dukun yang tampak diam tak berkutik dan Nyai Jojon yang juga diam beku kagak bisa menghilangkan diri.
Kirun lalu bilang ke Malih, “Nah, kamu lihat sendiri kan? Ternyata dua orang bernama Asep dan Manteb yang katanya pingin jadi pelawak top itu ternyata tidak becus pidato; apalagi ngomong pake bahasa gaul? Bagaimana mau jadi pelawak top? Padahal keduanya sudah dikasih air putih sama Mbah Dukun. Berarti ini penipuan!”
“Mana mungkin penipuan? Ini pasti gaib benaran. Tadi kita lihat sendiri Misye sudah mahir nyinden dan Gogon juga pinter mendalang!” sahut Malih.
Kang Ibing dan Jojon memanfaatkan situasi itu untuk pelan-pelan kabur.
Adegan 14
Kirun nemu akal. Ia lalu membuka kedok nama-nama: Misye, Gogon, Kang Ibing, Jojon dan dua orang yang bernama Asep dan Manteb.
Kirun kaget, “Siapa? Misye? Terang aja, emang dari dulu Misye udah pinter nyinden dan Gogon selain ngelawak juga pinter mendalang.”
“Tapi…mereka bisa karena minum air putih… Asep dan Manteb belum mahir, mereka kan lagi dilatih ngelawak….” bela Malih dengan tergagap gemas.
Ending
“Alaaaaaa! Itu kan temen-temen kita juga. Sudahlah! Yang pelawak ya ngelawak; yang dalang ya mendalang. Ayo dong Kang Asep dan Mas Manteb, jangan gresek-gresek job sampingan gitu dong, harap kembali ke habitat Anda semula!” teriak Kirun dengan ketawa.
Kang Asep dan Ki Manteb segera bergegas ke tempatnya masing-masing dengan wajah agak tersipu.
TUUUAAAAMMAAAT!!!