Salam ihik-ihik-ihik!
Tunai
sudah, salah satu janji Ihik3 kepada Ibu Pertiwi.
Ya,
janji Institut Humor Indonesia Kini (Ihik3) untuk merealisasikan salah satu sumbangsihnya:
mendirikan perpustakaan.
Jika pada tahun 1778, Pemerintahan
Hindia Belanda melalui Bataviaasch Genootschap voor Kunsten en Wetenschappen
mendirikan perpustakaan yang mengkhususkan diri pada bidang kebudayaan dan
ilmu pengetahuan, maka Ihik3 pada 1 September 2017 lalu mendirikan perpustakaan
pertama di Indonesia yang mengkhususkan diri pada bidang humor dan diberi
nama The Library of Humor Studies. Ide unik didirikannya perpustakaan
ini adalah bertolak dari ungkapan cerdas yang berunyi: knowledge is not
power, sharing the knowledge is. Ilmu pengetahuan bukanlah power, karena
power yang sesungguhnya adalah penyebarannya.
Meski
memakai embel-embel nama humor, akan tetapi Ihik3 berani jamin bahwa kegiatan
ini adalah kegiatan yang serius. Terbukti dari koleksi buku-buku Ihik3 adalah
buku-buku yang berusaha menguak humor dengan perspektif beragam, maka tak perlu heran jika ditemukan ada
kajian humor yang bertolak dari sudut pandang filsafat, psikologi, komunikasi,
medis, periklanan, dll.
Dengan
modal 400-an judul buku di tahap awal dari 1200-an koleksi pribadi,
perpustakaan ini berusaha untuk bisa memicu semangat menulis, mengkaji,
meneliti dan berdiskusi tentang humor. Budaya baca tulis bukan budaya baru di
Indonesia, bangsa ini sejak lama telah mengenal peradaban baca tulis. Prasasti
Yupa di Kutai Kalimantan Timur yang diperkirakan berasal dari abad ke-5 Masehi,
merupakan bukti tentang keberadaan peradaban tersebut. Artinya semangat menulis
dan membaca ada dan tetap harus dipertahankan hingga kini sesuai dengan
semangat mencerdaskan kehidupan bangsa.
Humor sendiri sebagai bentuk kajian
belum banyak digali, padahal punya potensi daya tarik yang kuat sebagai bahan kajian. Seperti misalnya, bagaimana
bahagia lewat tawa adalah kegiatan yang murah, menyenangkan dan sekaligus
menyehatkan (psikologi dan kesehatan) atau humor yang digunakan dalam dunia
kerja (komunikasi) dan masih banyak lagi. Hal itu tentunya akan dapat terwujud
jika masyarakat memaksimalkan perpustakaan ini dan melakukan kajian dari
perpektif disiplin ilmu atau profesi-nya.
Membangun sebuah perpustakaan tentunya
bukan sebuah tindakan tanpa cibiran. Bagaimana tidak! Di tengah rendahnya minat
baca masyarakat Indonesia, yaitu di posisi 60 dari 61 negara berdasarkan studi
dari Most Literate Nation in The World
2016, tindakan membangun perpustakaan seperti memutihkan arang. Tindakan
yang seolah-olah sia-sia… akan tetapi Ihik3 selalu yakin bahwa inisiasi yang
dilakukannya adalah sebuah bentuk investasi budaya yang hasilnya akan dapat
kita lihat di masa mendatang.
Pada akhirnya Ihik3 berharap
perpustakaan ini nantinya tidak hanya menjadi tempat membaca saja, namun
diharapkan bisa menjadi tempat berdiskusi para akademisi (dosen, mahasiswa,
peneliti, dll), praktisi (insan televisi, pelaku industri kreatif, dll) atau
masyarakat umum yang ingin menambah wawasan humor.
Untuk itu, ihik3 berencana akan rutin
membuat kegiatan seperti penelitian, diskusi, pemutaran film dan kegiatan
lainnya seputar humor sehingga nantinya akan terbentuk sebuah komunitas yang
punya kepedulian tinggi terhadap perkembangan humor di Indonesia. Karena kami
yakin sekali bahwa budaya humor punya efek yang luar biasa untuk bangsa ini.
Dengan humor kita bersatu, dengan humor kita berkarya dan dengan humor kita
sehat sentosa. Terakhir diharapkan “read
humor, and you’ll think humor, and you’ll create humor”. Salam Humor! *)
0 comments:
Post a Comment