
Oleh
Kuss Indarto
Menyimak karya-karya GM Sudarta serasa menyimak orang Jawa (atau Timur?) menuturkan kritik. Karya-karya kartun editorialnya (atau yang secara salah kaprah lebih diakrabi sebagai karikatur), dengan Oom Pasikom sebagai maskotnya, seperti memberi representasi yang melekat atas modus orang Jawa dalam menyampaikan kritik.
Pada sebagian besar karyanya, terasa kuat gejala eufemisme atau kramanisasi yang bertolak dari ungkapan dalam bahasa Jawa sebagai titik pijak ketika berolah kritik: Ngono ya ngono, ning aja ngono. Begitu ya begitu, tapi jangan begitu. Ungkapan ini, yang telah mengental sebagai ideologi, memberi semacam garis demarkasi bagi hadirnya sebuah kritik. Dua kata ngono pada bagian awal mengindikasikan kemungkinan dan peluang akan hadirnya sebuah kritik dalam pergaulan sosial kemasyarakatan.